Musim Kering Tak Menghalangi Hidup Sehat: Ini Strateginya

Gambar: Musim Kemarau
(Sumber: RRI.co.id)


Musim kemarau berkepanjangan yang melanda berbagai wilayah di Indonesia memaksa masyarakat untuk beradaptasi. Bukan hanya soal ketersediaan air bersih, tetapi juga menjaga kesehatan tubuh di tengah keterbatasan.


Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa hingga Mei 2025, sebanyak 21 provinsi mengalami curah hujan sangat rendah bahkan di bawah 50 mm per bulan. Fenomena El Nino yang masih aktif memperpanjang musim kemarau, mengakibatkan berbagai dampak serius di bidang pertanian, perairan, hingga kesehatan masyarakat.


Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan peningkatan kasus dehidrasi dan infeksi pencernaan karena keterbatasan air bersih. Di beberapa daerah, warga mulai mengandalkan sumber air alternatif yang tidak memenuhi standar kebersihan, sehingga meningkatkan risiko penyakit.


Kekeringan juga berdampak pada ketersediaan pangan. Produksi sayur dan buah menurun akibat minimnya irigasi, membuat harga bahan pangan melonjak. Ketahanan tubuh masyarakat pun rentan terganggu karena pola makan yang tidak seimbang dan kurang cairan.


Meski demikian, masyarakat tetap dapat mengambil langkah-langkah adaptif. Beberapa taktik sederhana namun efektif berikut ini bisa diterapkan untuk bertahan di tengah musim tanpa hujan:

  1. Hemat Air dengan Cerdas: Gunakan air seperlunya saat mandi, mencuci tangan, atau membersihkan rumah. Gunakan gayung dan ember dibanding pancuran, serta matikan keran saat tidak digunakan. Air cucian beras atau sayuran bisa dimanfaatkan kembali untuk menyiram tanaman. Ini bukan hanya hemat, tetapi juga menjaga keberlangsungan cadangan air harian.
  2. Manajemen Air Rumah Tangga: Siapkan wadah penampungan air hujan sejak dini dan manfaatkan teknologi filtrasi sederhana menggunakan pasir, arang aktif, dan kerikil. Sistem ini cukup efektif menyaring air keruh agar dapat digunakan untuk kebutuhan domestik seperti mencuci, membersihkan lantai, atau menyiram tanaman. Investasi pada alat penjernih air portabel juga bisa menjadi solusi praktis untuk jangka panjang.
  3. Tetap Terhidrasi dengan Benar: Tubuh manusia membutuhkan lebih banyak cairan saat suhu udara tinggi. Minumlah minimal delapan gelas air per hari, dan tingkatkan hingga sepuluh gelas jika melakukan aktivitas fisik di luar ruangan. Air matang dan air kemasan menjadi pilihan utama saat sumber air sumur atau ledeng mulai mengering atau tercemar.
  4. Konsumsi Makanan dengan Kandungan Air Tinggi: Pilih buah dan sayur yang kaya air seperti semangka, timun, jeruk, tomat, dan selada. Selain menyegarkan, makanan-makanan ini membantu tubuh tetap terhidrasi dan mendukung sistem imun. Jika kesulitan mendapatkan buah segar, alternatif seperti jus tanpa tambahan gula juga bisa dikonsumsi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.
  5. Jaga Kebersihan Meski Air Terbatas: Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol sebagai alternatif jika air tidak tersedia. Prioritaskan penggunaan air bersih untuk mencuci alat makan dan memasak. Bila perlu, air direbus lebih lama untuk memastikan kuman dan bakteri mati. Kebersihan tangan tetap menjadi kunci utama pencegahan penyakit menular.
  6. Kelola Aktivitas Harian dengan Bijak: Hindari kegiatan fisik berat di luar ruangan saat suhu sedang tinggi, terutama antara pukul 11.00 hingga 15.00. Gunakan pakaian ringan dan bernapas, serta istirahat secara teratur. Dengan mengatur ritme aktivitas, tubuh dapat menghemat energi dan cairan, serta terhindar dari heatstroke.


Kekeringan adalah tantangan serius yang tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga langsung pada tubuh dan gaya hidup masyarakat. Namun dengan strategi yang tepat dan kebiasaan hidup sehat, masyarakat tetap bisa beradaptasi dan menjaga kualitas hidup. Persiapan, pengelolaan air yang bijak, serta kesadaran menjaga kesehatan menjadi kunci bertahan hingga musim hujan tiba. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat juga sangat diperlukan untuk memastikan setiap keluarga mampu menghadapi musim kemarau dengan aman dan sehat.


Postingan populer dari blog ini

Surabaya Darurat Polusi: Industri dan Kendaraan Jadi Pemicu

Perubahan Iklim: Darurat Global yang Tak Bisa Lagi Diabaikan

Kit Darurat Iklim: 10 Barang Wajib Hadapi Alam yang Tak Terduga