Benteng Terakhir Pantura: Melawan Rob di Tengah Perubahan Iklim

Gambar 1: Perubahan Iklim di Pesisir Jawa
(sumber: Espos.id)


Banjir rob kembali melanda pesisir utara Jawa, merendam permukiman dan infrastruktur penting. Fenomena ini dipicu oleh curah hujan ekstrem, penurunan muka tanah, dan kenaikan permukaan laut, mengancam kehidupan jutaan warga serta aktivitas ekonomi di kawasan tersebut.


Banjir rob yang terjadi di wilayah Pantura Jawa, seperti Semarang, Demak, dan Pekalongan, telah menyebabkan kerugian ekonomi yang besar. Aktivitas warga lumpuh, transportasi tersendat, dan kawasan industri terendam.


Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, “Banjir rob di Jakarta dan Pantura bisa menyebabkan kerugian sekitar Rp2,1 triliun per tahun dan bisa mencapai Rp10 triliun jika tidak ada mitigasi dalam 10 tahun ke depan.” (Sumber: Kompas)


Badan Informasi Geospasial (BIG) mencatat penurunan muka tanah di beberapa titik Pantura mencapai 1–25 cm per tahun, sementara kenaikan muka air laut bisa mencapai 15 cm per tahun. Lebih dari 50 juta penduduk di pesisir utara Jawa terancam oleh kondisi ini.


Gambar 2: Proyek Giant Sea Wall
(Sumber: CNCB Indonesia)

Sebagai langkah penanggulangan, pemerintah tengah menjalankan proyek Giant Sea Wall yang diproyeksikan menelan biaya Rp934 triliun. Proyek ini akan membentang sepanjang 120 km dan diperkirakan selesai dalam tiga fase hingga dekade mendatang.


Pemanfaatan teknologi juga ditingkatkan. Sistem Tide-Eye yang menggabungkan Internet of Things, drone, dan kecerdasan buatan telah diuji coba untuk mendeteksi potensi rob secara real-time.


Selain kerusakan pada rumah warga, banjir rob juga memengaruhi sektor perikanan, pertanian, dan pariwisata lokal. Banyak tambak ikan dan udang terendam air asin, mengakibatkan gagal panen dan kerugian bagi para petani pesisir. Pelaku UMKM yang bergantung pada akses jalan dan logistik juga turut terdampak.


Warga di beberapa titik rawan kini mulai mengembangkan solusi mandiri, seperti membuat tanggul darurat dengan karung pasir dan mengatur jadwal kegiatan saat air pasang datang. Pemerintah daerah terus mengedukasi masyarakat tentang pola rob agar masyarakat bisa lebih siap secara mandiri menghadapi siklus pasang surut.


Banjir rob di Pantura Jawa pada 2024 menunjukkan betapa mendesaknya penanganan krisis iklim di wilayah pesisir. Langkah-langkah mitigasi seperti pembangunan tanggul laut dan penggunaan teknologi deteksi dini harus segera diperkuat. Namun, upaya tersebut perlu dibarengi dengan perbaikan sistem tata ruang, drainase, dan edukasi masyarakat agar dampak jangka panjangnya bisa ditekan.

Postingan populer dari blog ini

Surabaya Darurat Polusi: Industri dan Kendaraan Jadi Pemicu

Perubahan Iklim: Darurat Global yang Tak Bisa Lagi Diabaikan

Kit Darurat Iklim: 10 Barang Wajib Hadapi Alam yang Tak Terduga