Jakarta Mendidih: Kota yang Semakin Gerah di Tengah Perubahan Iklim

Gambar: Indeks Panas di Wilayah Indonesia
(Sumber: BMKG)

Jakarta semakin panas. Suhu siang hari terasa menyengat, bahkan di dalam ruangan tanpa pendingin udara. Data dari BMKG menunjukkan peningkatan suhu tahunan di ibu kota. Di balik gedung-gedung pencakar langit dan jalanan padat, masyarakat mulai merasakan dampak nyata perubahan iklim.


Jakarta dan Gelombang Panas: Nyata atau Kebetulan?

Siang hari di Jakarta kini terasa lebih menyengat dibandingkan beberapa tahun lalu. Jalanan yang didominasi beton dan aspal menyerap panas matahari dan memancarkannya kembali, menciptakan efek urban heat island (UHI). Gedung-gedung tinggi yang minim ruang hijau memperparah kondisi ini, menjadikan Jakarta seperti ‘oven raksasa’ di siang bolong.

Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), suhu di Jakarta telah meningkat sekitar 1,5°C dalam 30 tahun terakhir. Pada Oktober 2023, suhu tercatat mencapai 38°C, salah satu yang tertinggi dalam sejarah kota ini. “UHI ini harus kita mitigasi bersama. Perlu kesadaran dan aksi nyata untuk menghadapi UHI ini,” ungkap Dwikorita dalam  Workshop Urban Heat Island 2024 

Perbedaan Suhu di Berbagai Titik Jakarta

Observasi di beberapa titik di Jakarta Timur menunjukkan bahwa area yang didominasi bangunan beton terasa jauh lebih panas dibandingkan wilayah yang memiliki banyak pepohonan.

Data dari aplikasi pemantau cuaca (Weather.com) menunjukkan bahwa suhu di area tanpa vegetasi bisa mencapai 35°C, sementara di area hijau lebih rendah, sekitar 32°C. BMKG juga mencatat bahwa daerah dengan kepadatan beton yang tinggi mengalami peningkatan suhu rata-rata sebesar 2-3°C lebih tinggi dibandingkan area dengan vegetasi yang cukup.

Fenomena ini sesuai dengan konsep urban heat island, di mana wilayah dengan banyak beton dan aspal menyerap panas lebih lama dibandingkan area dengan tanaman hijau. Ketidakseimbangan ini menjadikan sebagian besar Jakarta terasa lebih panas dibandingkan daerah sekitarnya yang memiliki lebih banyak ruang terbuka hijau.

Menuju Solusi: Adakah Harapan untuk Jakarta?

Beberapa upaya mulai dilakukan untuk mengurangi dampak panas ekstrem di Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta telah menggencarkan program penghijauan kota, seperti revitalisasi taman, penanaman pohon di trotoar, dan pembangunan taman vertikal di gedung-gedung bertingkat.


Namun, tantangan tetap ada. Kota ini masih menghadapi pertumbuhan pembangunan yang pesat, sering kali mengorbankan ruang hijau. Jika kebijakan tidak segera diperketat dan kesadaran masyarakat tidak meningkat, Jakarta bisa terus mengalami peningkatan suhu yang ekstrem. Perubahan harus dimulai dari sekarang, baik dari kebijakan pemerintah maupun dari kebiasaan masyarakat dalam menjaga keseimbangan lingkungan.

Postingan populer dari blog ini

Surabaya Darurat Polusi: Industri dan Kendaraan Jadi Pemicu

Perubahan Iklim: Darurat Global yang Tak Bisa Lagi Diabaikan

Kit Darurat Iklim: 10 Barang Wajib Hadapi Alam yang Tak Terduga